MORFOLOGI DAUN
A. Pengertian Daun
Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau. Fungsi utama daun
yaitu sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan
energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun
memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan
melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transportasi
atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan. Dan yang
tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan
respirasi (pernapasan dan pertukaran gas). Berdasarkan susunan daunnya, daun
dibadakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang
memiliki satu daun dalam satu tangkainya. Daun majemuk adalah daun yang
memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada satu tangkainya (Rosanti, 2013).
B. Bagian-bagian Daun
Bila mengamati satu helai daun, akan
terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun atau pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Apabila daun
memiliki ketiga struktur tersebut, yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian daun
maka daun tersebut digolongkan sebagai daun lengkap. Tidak semua daun memiliki
struktur yang lengkap, dalam arti hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja
atau terdiri dari helaian daun saja tanpa dilengkapi dengan tangkai daun
(Rosanti, 2013).
Menurut Tjitrosoepomo (1989), mengenai
susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan diantaranya adalah
daun bertangkai, yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian daun
saja, contohnya daun mangga (Mangifera indica L.). Daun berupih, yaitu
daun yang terdiri atas upih dan helaian daun. Contohnya pada tumbuhan yang tergolong
suku rumput, misalnya: padi (Oryza sativa L.). Daun duduk (sessilis),
yaitu daun hanya terdiri atas helaian saja. Contohnya daun biduri (Colotropis
gigantea R.Br.). Helaian daun semu atau palsu (filodia), yaitu daun
yang hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai menjadi pipih
sehingga menyerupai helaian daun. Contohnya Acacia auriculiformis A.
Cunn. Daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau
pelengkap antara lain berupa daun penumpu (stipula), selaput bumbung (ocrea)
dan lidah daun (ligula). Daun penumpu biasanya biasanya terdapat di
kiri-kanan tangkai daun atau di ketiak daun. Stipula berfungsi untuk
melindungi daun yang masih muda. Selaput bumbung (ocrea) berbentuk
selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang.
1. Upih Daun (vagina)
Upih daun merupakan bagian daun yang
melekat atau memeluk batang dan berfungsi untuk melindungi kuncup daun yang
masih muda dan memberi kekuatan pada batang tanaman.
2. Tangkai Daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun
yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada
posisinya, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya.
Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhannya.
Umumnya tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal
pada pangkalnya. Jika dilihat dari penampang melintangnya, tangkai daun ada
yang berbentuk bulat dan berongga, misalnya tangkai daun pepaya. Pipih dan
tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk. Bersegi, setengah lingkaran
dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam seperti pada
tangkai daun pisang. Jika ditinjau dari keadaan permukaannya, tangkai daun
dapat memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut,
lentisel dan lain sebagainya (Tjitrosoepomo, 1989).
3. Helaian Daun (lamina)
Tumbuhan satu sama lain memiliki
helain daun yang berbeda baik mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya.
Sifat-sifat dari helaian daun yaitu bangunnya, ujungnya, pangkalnya, susunan
tulang-tulangnya, tepinya, daging daunnya, dan lain sebagainya (Tjitrosoepomo,
1989).
C. Sifat-sifat
Daun
1. Bangun Daun (Circumscriptio)
a. Bagian yang terlebar terdapat kira-kira ditengah-tengah helaian
daun
Bagian daun yang terlebar terdapat
kira-kira ditengah-tengah helaian daun biasanya memiliki bangun daun yang bulat
atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar = 1:1, contohnya pada
teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce). Bangun perisai (peltatus)
yaitu daun yang biasanya memiliki bangun bulat, mempunyai tangkai daun yang
tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian tengah helain daun,
contohnya daun jarak. Jorong (ovalis), yaitu jika perbandingan panjang :
lebar = 1 ½ - 2 : 1, contohnya daun nangka (Calophyllum inophyllum L.).
Memanjang (oblongus), yaitu jika panjang : lebar = 2½ - 3 : 1, contohnya
daun srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsat (Annona muricata L.).
Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3-5 : 1, contohnya
daun kamboja (Plumeira acuminata Ait.) (Tjitrosoepomo, 1989).
b. Bagian yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun
Daun-daun yang mempunyai bagian yang
terlebar dibawah tengah-tengah helaian daunnya dibedakan dalam dua golongan
yaitu:
1) Pangkal daun yang tidak bertoreh
Pangkal daun yang tidak bertoreh
biasanya memiliki bangun bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang
sepatu (Hibiscus rosasinensis L.). Bangun segi tiga
(trialungaris), yaitu bangun daun seprti segitiga sama kaki, misalnya daun
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.). Bangun delta (deltoideus),
yaitu bangun daun segitiga yang sama ketiga sisinya, misalnya daun air mata
pengantin (Antogonon leptopus Hook). Bangun belah ketupat (rhomboideus),
yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang, misalnya anak daun
yang diujung pada daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus) (Tjitrosoepomo,
1989).
2) Pangkal daun bertoreh atau berlengkuk
Pangkal daun bertoreh atau
berlengkuk memiliki bangun jantung (cordatus), yaitu bangun seperti
bulat telur, tetapi pangkal daun memperlihatkan suatu lekukan, misalnya daun
waru (Hibiscus tiliaceus). Bangun ginjal atau kerinjal (Reniformis),
yaitu daun yang pendel lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal
yang berlengkuk dangkal, misalnya daun kaki kuda (Centella asiatica),
bangun anak panah (Sagittatus), yaitu daun yang tidak seberapa lebar,
ujungnya tajam, pangkal dengan lekukan yang lancip, juga bagian pangkal daun
dikanan kiri lekukannya, misalnya daun enceng (Sagiiaria sagittifolia).
Bangun tombak (Hastatus), sperti daun anak panah tetapi bagaian pangkal
daun di kanan kiri tangkai mendatar misalnya daun wewehan (Monochoria
hastata Solms). Bangun bertelinga (Auriculatus), seperti bangun tomba,
tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus
asper Vill.) (Tjitrosoepomo, 1989).
c. Tidak adanya bagian yang terlebar
dalam golongan ini termasuk
daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit atau lebarnya jauh berbeda juka
dibandingkan dengan panjang daun. Terdiri atas bangun daun garis (linearis),
pada penampang melintangnya pipih dan daunnya amat panjang. Bangun pita (ligulatus),
bangun pedang (ensiformis), bangun paku, dan bangun jarum (acerosus)
(Tjitrosoepomo, 1989).
2. Pangkal Daun (basis polii)
Menurut Tjitrosoepomo (1989), Pangkal
daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai
daun. Pangkal yang berada di kiri kanan daun, baik berdekatan atau tidak, dapat
dibedakan menjadi enam macam yaitu:
a.
Runcing (acutus),
biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.
b.
Meruncing (acuminatus),
biasanya terdapat pada bangun bulat.
c.
Tumpul (obtusus),
biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d.
Membulat (rotundatus),
terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
e.
Rompang atau
rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.
f.
Berlekuk (emarginatus),
terdapat pada bangun jantung, ginjal dan anak panah.
3. Ujung Daun (Apex Polii)
Ujung daun merupakan pucuk daun,
dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang
beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 7 bentuk ujung daun
yaitu:
a.
Runcing (acutus),
ujung daun mengecil dan menyempit ke kiri dan kanan secara bertahap mementuk
sudut kurang dari 90o.
b.
Meruncing (acuminatus),
hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik pertemuan tidak menyempit secara
bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung
tersebut.
c.
Tumpul (obtusus),
untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak
tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun. Bila tulang daun yang berjarak jauh
tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90o, maka ujung daun tersebut
dikatakan tumpul.
d.
Membulat (rotundatus),
ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali.
e.
Rompang (truncatus),
ujung daun seperti garis.
f.
Terbelah (retusus),
ujung daun memperlihatkan suatau lekukan.
g.
Berduri (mucronatus),
ujung daun ditutupi oleh duri.
4. Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua
macam yaitu tepi daun yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun
yang tidak rata disebut juga dengan tepi daun yang bertoreh (divicus).
Torehana atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam, torehan daun bersifat
dua macam. Torehan pertama tidak mengubah bentuk asli daun, hanya sedikit
bergelombang di tepinya. Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya bentuk
asli daun, karena daun mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya.
Lekukan daun tersebut disebut sebagai sinus, sedangkan tepi daun yang
menonjol keluar akibat torehan tersebut
disebut sbagai angulus (Rosanti, 2013).
5. Daging Daun (Intervenium)
Daging daun merupakan isi dari daun.
Jika dilihat secara mikroskopik, daun terdiri dari sel-sel yang membentuk
berbagai jaringan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang
dibatasi oleh permukaan atas dan permukaan bawah daun (Rosanti, 2013).
Daging daun berbeda-beda, ada yang
berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat
dibedakan menjadi:
a.
Tipis seperti
selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah sekali robek, karena
terbentuk seperti sayap capung. Biasanya daun-daun yang tua dan kering tidak
memiliki isi lagi, hanya berupa kerangka yang terbentuk oleh sisa-sisa jaringan
dan tulang-tulang daun, membentuk pola seperti sayap capung.
b.
Tipis seperti
kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini umum dijumpai pada
kebanyakan tumbuhan. Meskipun berdaging tipis, strukturnya tegar dengan helaian
daun yang tidak mudah robek. Bila diremas, helaian daun akan kembali kebentuk
semula.
c.
Tipis lunak (herbaceous).
Daun yang memiliki daging tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung
air. Struktur ini mudah sekali robek. Contohnya daun bayam.
d.
Kaku (perkamenteus).
Daging daun yang kaku umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun
bisa digulung dan dibentuk apapun. Meskipun kaku, daging daun hampir sama tipis
dengan daun berdaging seperti kertas. Contohnya daun kelapa.
e.
Seperti kulit (cariaceus).
Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dan keras tetapi tidak berair.
Biasanya dimiliki oleh daun-daun berbangun pedang, seperti jenis-jenis lidah mertua
dan nanas-nanasan.
f.
Berdaging (carnosus).
Struktur daging daun ini sangat tebal dan mengandung air, misalnya pada lidal
buaya.
6. Pertulangan
Daun (Nervatio)
Tulang
daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang
manusia yang memberi kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun
merupakan jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis
dari akar dan batang serta menuju batang dan akar (Rosanti, 2013).
Struktur
tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus
lateralis), dan urat daun (vena). Keberadaan tulang-tulang cabang terhadap
ibu tulang daun dapat menetukan sistem pertulangan daun. Berdasarkan posisi
tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sisitem pertulangn daun
dibedakan menjadi (Rosanti, 2013):
a.
Bertulang
menyirip (Pennineryis). Pada sistem tulang daun menyirip, posisi
tulang-tulang cabang tersusun disebelah kanan dan kiri ibu tulang daun. Dengan
kata lain, daun memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal daun sampai
ke ujung daun, dan dari ibu tulang daun tumbuh tulang cabang ke samping kiri
dan kanan, seperti sirip ikan.
b.
Bertulang
menjari (Palminervis). Pada sistem pertulangan ini, tulang-tulang cabang
tumbuh berpencar pada satu titik dipangkal ibu tulanag daun. Dengan kata lain
ibu tulang daun keluar dari pangkal daun ke beberapa arah, seperti jari tangan.
c.
Bertulang
melengkung (cervinervis). Pada sistem pertulangan daun menyirip, tulang
cabang hampis sama besar dengan ibu tulang daun. Letak tulang cabang perpaduan
antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu terletak di kiri-kanan ibu
tulang daun, hampir terpencar dari satu titik di pangkal daun, namun tulang
cabang tumbuh mengikuti arah tumbuh tepi daun menuju satu titik diujung daun.
d.
Bertulang lurus
atau sejajar (rectinervis). Pada tulang daun sejajar, posisi tulang
cabang terletak di kiri kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang cabang
sejajar dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
7. Permukaan Daun
Menurut Rosanti (2013), Permukaan
daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan
daun, yaitu:
a.
Licin (leavis),
di mana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis lilin.
b.
Gundul (glaber),
bila tidak ditemukan struktur apapun pada permukaan daun.
c.
Berkerut (rugosus),
terdapat kerutan pada permukaan daun.
d.
Berbulu (pilosus),
terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
e.
Bersisik (lepidus),
terdapat struktur sisik mengkilat dupermukaan daun.
8. Warna Daun
Pada umumnya, daun berwarna hijau.
Namun tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda seperti merah pada
andong, hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada lidah
mertua. Warna pada daun disebabkan kandungan klorofil pada daun. Pada beberapa
tanaman hias, warna pada daun merupakan hasil persilanagn gen. Semakin banyak
perpaduan warna yang dihasilkan, semakin tinggi nilai jualnya (Rosanti, 2013).
Thank's ��
BalasHapusKak AQ punya soal tapi GX bisa jawab
Sebut dan jelaskan morfologi daun
Apa itu kak jwabanya