Senin, 10 Juli 2017

Morfologi Daun

MORFOLOGI DAUN

A. Pengertian Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau. Fungsi utama daun yaitu sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan. Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas). Berdasarkan susunan daunnya, daun dibadakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun dalam satu tangkainya. Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada satu tangkainya (Rosanti, 2013).

B. Bagian-bagian Daun
Bila mengamati satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Apabila daun memiliki ketiga struktur tersebut, yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian daun maka daun tersebut digolongkan sebagai daun lengkap. Tidak semua daun memiliki struktur yang lengkap, dalam arti hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja atau terdiri dari helaian daun saja tanpa dilengkapi dengan tangkai daun (Rosanti, 2013).
Menurut Tjitrosoepomo (1989), mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan diantaranya adalah daun bertangkai, yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian daun saja, contohnya daun mangga (Mangifera indica L.). Daun berupih, yaitu daun yang terdiri atas upih dan helaian daun. Contohnya pada tumbuhan yang tergolong suku rumput, misalnya: padi (Oryza sativa L.). Daun duduk (sessilis), yaitu daun hanya terdiri atas helaian saja. Contohnya daun biduri (Colotropis gigantea R.Br.). Helaian daun semu atau palsu (filodia), yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun. Contohnya Acacia auriculiformis A. Cunn. Daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap antara lain berupa daun penumpu (stipula), selaput bumbung (ocrea) dan lidah daun (ligula). Daun penumpu biasanya biasanya terdapat di kiri-kanan tangkai daun atau di ketiak daun. Stipula berfungsi untuk melindungi daun yang masih muda. Selaput bumbung (ocrea) berbentuk selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang.
1. Upih Daun (vagina)
Upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang dan berfungsi untuk melindungi kuncup daun yang masih muda dan memberi kekuatan pada batang tanaman.
2. Tangkai Daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisinya, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhannya. Umumnya tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika dilihat dari penampang melintangnya, tangkai daun ada yang berbentuk bulat dan berongga, misalnya tangkai daun pepaya. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk. Bersegi, setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang. Jika ditinjau dari keadaan permukaannya, tangkai daun dapat memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lentisel dan lain sebagainya (Tjitrosoepomo, 1989).
3. Helaian Daun (lamina)
Tumbuhan satu sama lain memiliki helain daun yang berbeda baik mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya. Sifat-sifat dari helaian daun yaitu bangunnya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-tulangnya, tepinya, daging daunnya, dan lain sebagainya (Tjitrosoepomo, 1989).

C. Sifat-sifat Daun
1. Bangun Daun (Circumscriptio)
a. Bagian yang terlebar terdapat kira-kira ditengah-tengah helaian daun
Bagian daun yang terlebar terdapat kira-kira ditengah-tengah helaian daun biasanya memiliki bangun daun yang bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar = 1:1, contohnya pada teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce). Bangun perisai (peltatus) yaitu daun yang biasanya memiliki bangun bulat, mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian tengah helain daun, contohnya daun jarak. Jorong (ovalis), yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1, contohnya daun nangka (Calophyllum inophyllum L.). Memanjang (oblongus), yaitu jika panjang : lebar = 2½ - 3 : 1, contohnya daun srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsat (Annona muricata L.). Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3-5 : 1, contohnya daun kamboja (Plumeira acuminata Ait.) (Tjitrosoepomo, 1989).

b. Bagian yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun
Daun-daun yang mempunyai bagian yang terlebar dibawah tengah-tengah helaian daunnya dibedakan dalam dua golongan yaitu:
1) Pangkal daun yang tidak bertoreh
Pangkal daun yang tidak bertoreh biasanya memiliki bangun bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.). Bangun segi tiga (trialungaris), yaitu bangun daun seprti segitiga sama kaki, misalnya daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.). Bangun delta (deltoideus), yaitu bangun daun segitiga yang sama ketiga sisinya, misalnya daun air mata pengantin (Antogonon leptopus Hook). Bangun belah ketupat (rhomboideus), yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang, misalnya anak daun yang diujung pada daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus) (Tjitrosoepomo, 1989).
2) Pangkal daun bertoreh atau berlengkuk
Pangkal daun bertoreh atau berlengkuk memiliki bangun jantung (cordatus), yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun memperlihatkan suatu lekukan, misalnya daun waru (Hibiscus tiliaceus). Bangun ginjal atau kerinjal (Reniformis), yaitu daun yang pendel lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlengkuk dangkal, misalnya daun kaki kuda (Centella asiatica), bangun anak panah (Sagittatus), yaitu daun yang tidak seberapa lebar, ujungnya tajam, pangkal dengan lekukan yang lancip, juga bagian pangkal daun dikanan kiri lekukannya, misalnya daun enceng (Sagiiaria sagittifolia). Bangun tombak (Hastatus), sperti daun anak panah tetapi bagaian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar misalnya daun wewehan (Monochoria hastata Solms). Bangun bertelinga (Auriculatus), seperti bangun tomba, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus asper Vill.) (Tjitrosoepomo, 1989).


c. Tidak adanya bagian yang terlebar
dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit atau lebarnya jauh berbeda juka dibandingkan dengan panjang daun. Terdiri atas bangun daun garis (linearis), pada penampang melintangnya pipih dan daunnya amat panjang. Bangun pita (ligulatus), bangun pedang (ensiformis), bangun paku, dan bangun jarum (acerosus) (Tjitrosoepomo, 1989).
2. Pangkal Daun (basis polii)
Menurut Tjitrosoepomo (1989), Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang berada di kiri kanan daun, baik berdekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:
a.       Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan  belah ketupat.
b.      Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat.
c.       Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d.      Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
e.       Rompang atau rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.
f.       Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal dan anak panah.
3. Ujung Daun (Apex Polii)
Ujung daun merupakan pucuk daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 7 bentuk ujung daun yaitu:
a.       Runcing (acutus), ujung daun mengecil dan menyempit ke kiri dan kanan secara bertahap mementuk sudut kurang dari 90o.
b.      Meruncing (acuminatus), hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
c.       Tumpul (obtusus), untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun. Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari  90o, maka ujung daun tersebut dikatakan tumpul.
d.      Membulat (rotundatus), ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali.
e.       Rompang (truncatus), ujung daun seperti garis.
f.       Terbelah (retusus), ujung daun memperlihatkan suatau lekukan.
g.      Berduri (mucronatus), ujung daun ditutupi oleh duri.
4. Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi daun yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga dengan tepi daun yang bertoreh (divicus). Torehana atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam, torehan daun bersifat dua macam. Torehan pertama tidak mengubah bentuk asli daun, hanya sedikit bergelombang di tepinya. Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya. Lekukan daun tersebut disebut sebagai sinus, sedangkan tepi daun yang menonjol keluar akibat torehan  tersebut disebut sbagai angulus (Rosanti, 2013).
5. Daging Daun (Intervenium)
Daging daun merupakan isi dari daun. Jika dilihat secara mikroskopik, daun terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai jaringan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan permukaan bawah daun (Rosanti, 2013).
Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi:
a.    Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah sekali robek, karena terbentuk seperti sayap capung. Biasanya daun-daun yang tua dan kering tidak memiliki isi lagi, hanya berupa kerangka yang terbentuk oleh sisa-sisa jaringan dan tulang-tulang daun, membentuk pola seperti sayap capung.
b.    Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini umum dijumpai pada kebanyakan tumbuhan. Meskipun berdaging tipis, strukturnya tegar dengan helaian daun yang tidak mudah robek. Bila diremas, helaian daun akan kembali kebentuk semula.
c.    Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air. Struktur ini mudah sekali robek. Contohnya daun bayam.
d.   Kaku (perkamenteus). Daging daun yang kaku umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan dibentuk apapun. Meskipun kaku, daging daun hampir sama tipis dengan daun berdaging seperti kertas. Contohnya daun kelapa.
e.    Seperti kulit (cariaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dan keras tetapi tidak berair. Biasanya dimiliki oleh daun-daun berbangun pedang, seperti jenis-jenis lidah mertua dan nanas-nanasan.
f.     Berdaging (carnosus). Struktur daging daun ini sangat tebal dan mengandung air, misalnya pada lidal buaya.
6. Pertulangan Daun (Nervatio)
Tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang memberi kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis dari akar dan batang serta menuju batang dan akar (Rosanti, 2013).
Struktur tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus lateralis), dan urat daun (vena). Keberadaan tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daun dapat menetukan sistem pertulangan daun. Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sisitem pertulangn daun dibedakan menjadi (Rosanti, 2013):
a.    Bertulang menyirip (Pennineryis). Pada sistem tulang daun menyirip, posisi tulang-tulang cabang tersusun disebelah kanan dan kiri ibu tulang daun. Dengan kata lain, daun memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal daun sampai ke ujung daun, dan dari ibu tulang daun tumbuh tulang cabang ke samping kiri dan kanan, seperti sirip ikan.
b.    Bertulang menjari (Palminervis). Pada sistem pertulangan ini, tulang-tulang cabang tumbuh berpencar pada satu titik dipangkal ibu tulanag daun. Dengan kata lain ibu tulang daun keluar dari pangkal daun ke beberapa arah, seperti jari tangan.
c.    Bertulang melengkung (cervinervis). Pada sistem pertulangan daun menyirip, tulang cabang hampis sama besar dengan ibu tulang daun. Letak tulang cabang perpaduan antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu terletak di kiri-kanan ibu tulang daun, hampir terpencar dari satu titik di pangkal daun, namun tulang cabang tumbuh mengikuti arah tumbuh tepi daun menuju satu titik diujung daun.
d.   Bertulang lurus atau sejajar (rectinervis). Pada tulang daun sejajar, posisi tulang cabang terletak di kiri kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang cabang sejajar dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
7. Permukaan Daun
Menurut Rosanti (2013), Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu:
a.    Licin (leavis), di mana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis lilin.
b.    Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur apapun pada permukaan daun.
c.    Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
d.   Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
e.    Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik mengkilat dupermukaan daun.
8. Warna Daun
Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda seperti merah pada andong, hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada lidah mertua. Warna pada daun disebabkan kandungan klorofil pada daun. Pada beberapa tanaman hias, warna pada daun merupakan hasil persilanagn gen. Semakin banyak perpaduan warna yang dihasilkan, semakin tinggi nilai jualnya (Rosanti, 2013).

1 komentar:

  1. Thank's ��
    Kak AQ punya soal tapi GX bisa jawab
    Sebut dan jelaskan morfologi daun
    Apa itu kak jwabanya

    BalasHapus